Being Stupid “Adji”

November 6, 2007

this is part of my life, i called: Being stupid

Sore berawan, Bogor…
Tidur siang gue tergangu, gue mendengar suara-suara berisik di depan teras rumah gue. gue bangun. Gue mendekati arah suara itu berasal, ternyata, itu adalah suara mesin mobil Bapak gue.

“Baru pulang pah?”
“ya-iya-lah!”
ya tuhan ini bapa-bapa atau ABG-tua…

Sore menyembunyikan matahari di balik awan, rumah gue masih saja sepi, biarpun semua anggota keluarganya sudah pulang. Gue bosan tidur-tiduran di kamar, gue berjalan sedikit terhuyung-huyung dengan mata yang redup ke ruang tamu.

Di ruang tamu ada Bapak gue dengan kacamata baca-nya yang sudah tua sedang membaca koran hari ini. Gue duduk di depan bapak gue.
“kenapa kak?” gue berpikir apa yang cocok dan pantas gue bahas saat itu, gue tengok kanan-kiri melihat barangkali ada benda yang bisa gue bahas bersama Bapak gue, dan akhirnya, pas gue menengok ke sebelah kiri, ada sebuah motor Honda Supra X punya Bapak gue.

“engga, cuma mo nanya… Aji kapan nih bawa motor ke sekolah..??”
“hemm…” bokap gue menarik nafas.
“pah!”
“yah… papa sih terserah aja, tapi yang papa liat, kamu sekolahnya gak bener setelah masuk SMA, ya…agak ogah-ogahan gitu, ya?”
Wooo… gue sedikit tersinggung dengan kata-kata penuh kecewa yang keluar dari mulut Bapak gue itu, karena bapak gue adalah tipe orang yang tidak terlalu banyak bicara seperti ibu gue, bapak gue lebih kalem.
“namanya juga anak SMA pa?” jawab gue denga santai
“ooohh…gitu..”
“…..”
“papa sama mama susah-susah loh masukin kamu ke SMA 6, kok kamu ga serius, kamu ini…bisanya ngecewain orangtua.”

DEG! kata-kata paling menyakitkan dari mulut Bapak gue langsung tertancap sangat dalam di hati gue.
“ya udah! mandi sono! udah sore…”
gue hanya menjawab perintah itu dengan senyuman yang melebar terpaksa di mulut gue, dan gue pun pergi. I relly being a stupid man…

kamu ini…bisanya ngecewain orangtua

SAHABAT…

November 4, 2007

Siang cerah, Bogor…

Tujuh bulan lalu…
Gue adalah seorang anak yang lahir dengan beberapa kelainan, kelainan jiwa ( not real ), kelainan otak ( not real ), dan terutama gue lahir dengan satu kelainan lumayan mengerikan, KELAINAN JANTUNG ( real ).

Di Yogyakarta, tahun 1996…
Kelainan jantung ini ditemukan saat gue masih berumur empat tahun, gue sering sakit-sakitan waktu itu, Ibu-Bapak gue udah pusing nyari rumah sakit yang bisa ngerawat anak empat tahun yang kena demam tinggi. Akhirnya Ibu gue pergi ke puskesmas terdekat untuk ngobatin sakit gue, setelah dari puskesmas gue dirujuk ke salah satu rumah sakit besar di Jogja, di sana gue sempat di Opname, dan di rongent. Setelah hasil Rongent keluar, Ibu gue dapat kabar yang kurang baik dari ahli rongent-nya.

Ruang tunggu rumah sakit…
Ibu gue nangis-nangis di bahu bapak gue sambil ngomong dengan terisak-isak
“gimanaaaa ini paaa…??!!
“sabar aja ma, kita tunggu apa kata dokter nanti…”
“tapi ini kelainan jantung pa! jantung..!!!”

Setelah dokter bilang gue harus dioperasi, Ibu gue menolak untuk melakukan operasi itu karena gue masih kecil, akhirnya kedua orangtua gue menunggu gue besar dan membicarakannya dengan gue.

Di Bogor, tahun 2006…
Operasi jantung besok akan gue jalanin dengan terpaksa, gue cuma gak mau kelainan ini terasa saat gue udah beranjak dewasa, lebih baik sekarang, saat gue masih anak-anak…
gue gak bisa tidur malam ini, gue terus kepikiran soal operasi besok pagi, kalau operasi berhasil dengan lancar.. gue sehat, tapi, kalau gagal… I`m Die.

Pagi ini setelah sarapan pagi kedua di rumah sakit, gue langsung dibius dan didorong menggunakan kursi roda, saat di lift gue merasa setengah sadar, mata gue tertutup, tapi gue masih bisa mendengar pembicaraan antara si suster dan Ibu gue.

Di ruang operasi. Gue dibaringkan telanjang di atas kasur hijau nan dingin, dan disinari lampu-lampu besar yang berada tepat di atas kepala gue. Kru operasi para dokter-pun tiba, jumlahnya sekitar tujuh orang, salah seorang dokter menyuruh Ibu gue masuk untuk menenangkan gue, Ibu gue melihat gue yang terbaring lemas dengan mata penuh harapan, dia bilang: “tenang kak, ga kenapa-napa, tar abis ini kita makan-makan yah…” Ibu gue pergi setelah megang tangan gue sebelum kita berpisah selama empat jam.

Gue yang telanjang, dan hanya diselimuti kain tipis, mengigil kedinginan… dan mungkin juga ketakutan…

Bola basket memantul dengan indah. Khasmir, Gilang, Agit, Arbin, dan Nafi sedang asik-asiknya main basket di jam olahraga waktu itu. Gue? gue yang paha kanan-nya masih sakit karena operasi pemasukan alat penyumbat dari selangkangan ke jantung yang berjalan sukses minggu lalu, cuma duduk di pinggir lapangan, diem, dan bengong…

Gue yang ga tahan kalo cuma diem tanpa megang bola sedikit pun langsung jalan ke tengah lapangan sambil tertatah-tatah karena paha kanan yang masih pincang, saat gue baru jalan beberapa langkah kecil ada seseorang yang bilang: “Ji! jangan maen dulu..!! lo kan baru operasi jantung!!!”teriaknya, “haaa…hh??” tanya gue bingung, dan, setelah gue liat siapa yang ngomong kayak gitu, gue sadar, itu “ADRI”, ya, orang kaya yang di-cap sok tahu, sombong, dan populer sama teman-teman gue itu, sampe segitu pedulinya sama gue, “IYA JI..!! ELO MAENNYA NTAR-NTAR AJA KALO UDAH SEMBUH BENER…!!!” si Agit, ketua kelas gue teriak dari tengah lapangan.

Ya! gue gak begitu sadar punya sahabat dari orang-orang terdekat gue, yang ternyata begitu baik… 🙂

Ibu gue, Bapak gue, Adri mungkin, dan semua temen-temen deket gue.

Sahabat….

PESTA…

November 4, 2007

Pagi mendung, Bogor…
Malam pergi begitu cepat, matahari menyambut mata gue yang masih setengah terbuka, pagi ini gak begitu cerah, awan kelabu agak sedikit menutupi matahari. Sinar matahari masuk dan langsung menyinari kamar gue yang gelap.

Gue bangun. gue sedikit gak enak badan hari ini, perut gue sedikit mual.

Gue mandi. Air dingin khas bogor membuat badan gue mengigil, gue gak terlalu lama mandi hari ini, karena gue agak sedikit telat bangun.

Pagi berawan, SMUN 6…
Dari gerbang sekolah gue melihat sesosok manusia yang bertubuh agak pendek, dia ketawa-ketawa sambil ngeliatin gue dari jauh. Gue tahu, itu salah satu temen deket gue, namanya Mirsad, orang ini selalu berpakaian seragam rapih plus ikat pinggang dan rambut dibelah pinggir yang juga disisir dengan rapih.

Di kelas. Ulangan pertama, pelajaran Agama, gue agak kesusahan di soal-soal terakhir, memang agak memalukan kesulitan ulangan agama…

Gue diem.

“Udah beres..?” tanya kakak kelas yang duduk satu meja sama gue
“Belom…” jawab gue sambil garuk garuk rambut
“Terus…kok bengong, ga ngerjain..??”
“……”
“Oi, Oi..!!”
“Lagi nunggu wahyu…”
“Wahyu..??”

kakak kelas akhirnya kembali mengerjakan soalnya dan tidak mengusik-ngusik gue lagi dengan pertanyaannya, mungkin karena dia bingung ada siswa yang masih mengharapkan wahyu saat lagi ulangan tengah semester.

Beberapa menit setelah si kakak kelas menginterogasi gue, akhirnya sang “Wahyu” yang diharapkan datang jua. Skill mencari informasi secara diam-diam pun dikeluarkan ( ‘Skill’ yang dimaksud disini adalah, NYONTEK ). Dan ulangan Agama berlangsung lancar tanpa hambatan 😛

Blogging for change

November 1, 2007

Pagi cerah, Bogor…
Menulis memang harus mengeluarkan semua isi hati, menulis adalah sarana curhat yang paling baik, menulis kadang bisa membuat orang terdekat kita tertawa, ataupun sekedar senang.

Menulis harus jujur, tidak boleh dibuat-buat. Dan sekarang gue sadar, kenapa banyak orang yang tertarik membuat blog sebagai jurnal harian, mereka ingin membuat senua orang tertawa dan senang.

Mengeluarkan isi hati tidak perlu dengan marah-marah, tidak perlu dengan memukul-mukul bantal, juga tidak perlu dengan tertawa-tawa sendiri, cukup menulis. Menulis bisa di berbagai media, kertas… buku… bahkan blog.

Jujur adalah prioritas bagi seorang penulis, tanpa jujur kita hanya akan membuat hati kita semakin terpuruk, dan tidak akan mendapat respon baik dari orang-orang terdekat kita.

Mulai sekarang gue enggak akan terus mengikuti arus sungai “Raditya Dika” lagi. Buatlah blog yang mengungkapkan jati diri kamu, megeluarkan isi hatimu. Menulis jujur itu perbuatan terpuji, karena itu menghindari berbohong.

Dan sekarang gue akan menulis lebih jujur lagi.
“Now, It`s the real Me!”

penyesalan memang datangnya terakhir…

gue agak sedih karena banyak orang-orang yang nge-cap gue penulis blog bego, yang bertujuan terkenal dari nulis dan hobinya ngeledek-ledek blog orang yang belom tentu lebih jelek dari gue.

pokoknya maap ya… teman!

hiks…

bagi orang-orang yang blog-nya gue hina dan gue ledek, maap ya. dan, makasih buat orang yang udah ngingetin gue tentang tulisan blog bukan blogs. tapi tetep ya berkunjung ke adjiputusetia.wordpress.com..!!!

Okeh?!!

dengan ini, gue, satria adji putusetia, bocah Bogor yang paling bego, mengucapkan, mohon maaf lahir dan batin semoga dosa-dosa kalian ditambah, dan pahala gue semakin melimpah… amiiinnn!!!

Minggu ini, minggu terberat, yang pernah gue alamin selama lima bulan di SMA.
Prediksi  orang  tentang   anak   SMA   itu   malas, bengal,  ga tau aturan, pada
kenyataannya….ITU BENAR!!

Semua ini dimulai pada waktu minggu terakhir di bulan September. Minggu-minggu neraka pada bulan ini, ulangan harian menyerang gue bertubi-tubi. tadinya sih, gue
berpikir `ulangan satu kali sehari, dalam seminggu, ah.. ga takut! ulangan harian doang!`

Tapi seperti biasa, nasib sial selalu aja menyelimuti gue.

Hari pertama, Senin. gue ga belajar sama sekali, gue menganggap ulangan Sosiologi
itu gampang, karena hanya berisi soal-soal essai, yang berhubungan dengan kehidupan
sosial di masyarakat, itu berarti gue tinggal ngebacot sok intelek penuh dusta.
gak taunya… soal-soal yang justru sangat gue remehin… keluar semua, kayak
ciri-ciri Sosiologi, manfaat belajar Sosiologi, hubungan Ekonomi dengan sosiologi…

Mampus.

soal pertama, ciri-ciri sosiologi… Gue jawab: “ciri-ciri sosiologi yaitu bersifat Kumulatif, Empiris, Teoritis, dan….” Mampus Gue!! yang terakhir apaan ya??!! setelah frustasi, tadinya gue mau jawab, “Epidermis”, tapi seinget gue, itu pelajaran Bahasa Indonesia (ya elah!… biologi kalii!!!).

soal kedua, manfaat belajar sosiologi… Gue jawab: “Untuk menjadi makhluk sosial yang lebih baik, yang lebih mengerti kehidupan sosial lingkungan sekitarnya.” ya, ampun! boong banget sih! tadinya sih, gue mau jawab: “Untuk mendapatkan nilai, dan naik kelas.” tapi, niat itu gue urungkan, setelah tau kalau si guru sosiologi ngeliatin gue yang lagi nulis sambil ketawa-ketawa persis kuntilanak lagi sekolah.

soal kedua, hubungan sosiologi dengan Ekonomi… Gue jawab: “karena ekonomi sangat membutuhkan sosiologi” ya ampun!!! bego abis!!!

Setelah lemes ulangan Sosiologi, gue pesimis kalo gue bakal lulus, dan gak di remidial.

Hari-hari ulangan gue selanjutnya-pun menjadi neraka dunia.